Minggu, 28 Maret 2010

Mengukur Terang Demi Pelajari Energi Gelap

Cahaya adalah aspek dasar dari astronomi, tapi anehnya para astronom justru tak memiliki aturan pakem untuk mengukur tingkat keterangan. Nah, sebentar lagi ini akan berubah, karena ukuran skala terang kuno akan diperbaharui, sehingga sifat sebenarnya dari energi gelap juga bisa diketahui.


Lebih dari 2.000 tahun lalu, astronom asal Yunani, Hipparchus, menetapkan skala ranking terang bintang. Sekarang, para astronom masih memakai sistem itu, yaitu dengan mengukur tingkat terang dengan membandingkannya ke beberapa bintang referensi. Masalahnya, tingkat terang bintang-bintang referensinya saja tak diketahui dengan akurat, dan pengukurannya tidak sejalan dengan perkembangan teknologi pendeteksi.

Contohnya, pengukuran paling akurat untuk tingkat terang bintang Vega saja berasal dari tahun 70'an. "Mengejutkan. Kemajuan di bidang itu (ukuran tingkat terang bintang) sangat kecil dalam beberapa dekade terakhir," tutur Gary Bernstein dari Universitas Pennsylvania, Philadelphia.

Untuk memecahkan masalah ini, tim di bawah pimpinan Mary Elizabeth Kaiser dari Universitas Johns Hopkins, Maryland, berencana untuk meluncurkan roket berteleskop untuk membuat pengukuran paling akurat untuk bintang-bintang referensi.

Roket berteleskop itu dinamakan ACCESS; kepanjangannya bisa diterjemahkan sebagai eksperimen kalibrasi warna absolut untuk bintang standar. Misi ini didanai oleh NASA dan akan siap diluncurkan dalam satu atau dua tahun untuk melakukan empat penerbangan suborbit. Penerbangan suborbit maksudnya menembus atmosfer bumi untuk beberapa menit, karena atmosfer itu mengganggu pengukuran.

Dalam penerbangan itu ACCESS akan mengukur tingkat terang empat bintang referensi, yaitu dua bintang paling terang, yakni Sirius dan Vega; dan dua lagi yang lebih redup. Tingkat presisi pengukuran kali ini dua kali lebih akurat dari pada pengukuran yang ada. Kemajuan ini dimungkinkan karena sensor teleskop dikalibrasi sebelum peluncuran dengan memakai cahaya buatan.

Hasil pengukuran ACCESS akan menjadi tolok ukur untuk pengukuran teleskop-teleskop lainnya. Dengan kemajuan ini maka tingkat terang supernova dan benda-benda ruang angkasa lainnya bisa diukur dengan lebih akurat.

Presisi ini juga akan menjadi kunci untuk menebak rahasia energi gelap, yaitu suatu benda misterius yang menyebabkan jagad raya makin cepat membesar. Keberadaan energi gelap ditetapkan pada tahun 1998 ketika para astronom menyadari bahwa supernova yang berada sangat jauh makin redup, yang artinya supernova itu lebih jauh dari perkiraan.

Para astronom masih tak mengetahui asal energi gelap. Energi gelap ini bisa saja berasal dari suatu kekuatan fundamental yang baru, atau mungkin ini berarti pengertian kita tentang gravitasi selama ini ada kekurangan. Untuk lebih memahami energi gelap, para peneliti mempelajari sejarah perluasan kosmis, dengan mencari variasi perubahan kecepatan perluasan selama ini. Hal ini memerlukan ukuran tingkat terang supernova yang lebih akurat untuk tiap zaman kosmis.

Anggota tim ACCESS, Adam Riess, dari Universitas Johns Hopkins, yang juga merupakan salah satu penemu energi gelap, mengatakan, kesalahan-kesalahan kecil bisa muncul ketika menggabungkan data tingkat terang dari teleskop-teleskop berbeda, sehingga para astronom bisa saja salah kaprah tentang percepatan perluasan itu. "Bisa saja energi gelap disangka berubah seiring waktu, tapi padahal itu hanya akibat dari pengamatan dengan titik referensi yang berbeda-beda."

Misi ACCESS akan membantu para astronom agar tak melakukan kesalahan ini. "(ACCESS) tidak mengukur energi gelap itu sendiri, tapi akan membantu membuat skala ukurannya lebih akurat."

Senin, 22 Maret 2010

Wow, Ada Dek Pengamatan Berkubah di Antariksa

Pesawat ulang alik Endeavour bertolak menuju bumi dari Stasiun Antariksa Internasional, Jumat (19/2/2010). Misi awak Endeavour sukses, dan kini stasiun ruang angkasa tersebut sudah hampir selesai.

Awak Endeavour dari stasiun antariksa tersebut bekerja sama selama 10 hari untuk membangun ruang yang disebut 'Tranquility' (ketenangan), yakni dek pengamatan berkubah yang baru kali ini diciptakan di ruang angkasa. Bisa dibayangkan betapa menakjubkannya pemandangan dari ruang ini. Tranquility merupakan tahap besar yang terakhir dalam pembangunan stasiun itu, dan ruang ini lengkap dengan peralatan olah-raga, penunjang kehidupan, dan toilet.

Seiring Endeavor menjauh dari stasiun antariksa, para awak saling mengucapkan selamat tinggal. "Sayangnya kami harus pergi. Semoga kalian bisa menikmati Tranquility dan pemandangan barunya," tutur George Zamka, ketua regu ulang alik Endeavour.

Berkat jasa awak Endeavour kini stasiun tersebut sudah 98 persen selesai dan total massanya sekitar 400 ton. Dua bagian baru stasiun tersebut dibiayai oleh Badan Antariksa Eropa, nilainya lebih dari USD 400 juta, atau sekitar Rp. 3,74 triliun.

Dengan rampungnya misi ini berarti tinggal empat peluncuran ulang alik tersisa dalam agenda. Ulang alik Discovery rencananya akan diluncurkan di awal April untuk membawa peralatan ilmiah dan pasokan lainnya. NASA menargetkan selesainya konstruksi stasiun tersebut di akhir tahun ini.

Minggu, 14 Maret 2010

Endeavour Kembali ke Bumi

Pesawat ulang alik Endeavour mendarat dengan selamat di Florida, Minggu malam waktu setempat atau Senin pagi waktu Indonesia. Pendaratan itu berjalan mulus di tengah perkiraan cuaca yang menyebutkan bahwa badai yang datang bisa memaksa Endeavour memperpanjang misinya di stasiun antariksa internasional (ISS).

Komandan George Zamka yang mengemudikan Endeavour dan lima awaknya mendarat pada Minggu (21/2/2010) pukul 22.20 waktu Florida atau pukul 10.20 WIB di landas pacu fasilitas pendaratan pesawat ulang alik Kennedy Space Center, Florida.

"Houston, sungguh menyenangkan bisa pulang," ujar Zamka pada pusat kendali misi. "Ini sungguh petualangan yang hebat."

Para awak itu kembali setelah melaksanakan misi STS-130 untuk memasang modul baru Node 3 "Tranquility" dan merakit dek pengamatan angkasa luar yang berjendela tujuh buah, yang disebut Cupola di ISS.

Astronot Jepang yang berada di stasiun, Soichi Noguchi, menyatakan bahwa Cupola berfungsi baik. Ia bisa menyaksikan jalur cahaya terang Endeavour saat pesawat itu memasuki atmosfer Bumi.

"Saya menyaksikan masuknya pesawat ke atmosfer dari jendela Cupola," tulis Noguchi di halaman Twitter-nya. Ia sudah berada di stasiun sejak Desember. "Pemandangan itu sungguh luar biasa," ujarnya.

Jumat, 05 Maret 2010

Dua Situs Kubur Batu Berusia 5000 Tahun Ditemukan di Lahat


Dua situs kubur batu berbentuk bangunan rumah batu, ditemukan di areal perkebunan kopi Desa Talang Pagarangung, Kecamatan Fajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, Minggu (17/1/2010).

Menurut Akhmad Rivai dari Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) wilayah kerja Jambi, Bengkulu dan Babel, lokasi ditemukannya situs kubur batu itu, berjarak delapan kilometer dari Kota Pagaralam, atau 60 km dari Lahat. Lokasi penemuan situs berada di areal kebun kopi milik Lukman, warga Kota Raya Darat, Kecamatan Fajar Bulan, Lahat, berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya desa.

"Diperkirakan situs kubur batu ini berasal dari zaman purbalaka atau 4.000-5.000 tahun sebelum Masehi, dengan kondisi bangunan masih utuh, tetapi tidak ditemukan adanya kerangka manusia sebagaimana layaknya kuburan," kata Akhmad Rivai. Menurut dia, posisi bangunan tidak mengalami perubahan kecuali ada batu yang berada di lokasi itu sudah retak.

Saat ini di lokasi penemuan situs kubur batu tersebut sudah dilakukan pemagaran, dan dilakukan penggalian untuk mengetahui bagian pintu masuk situs itu. Dari hasil penggalian di salah satu ruangan ditemukan lempengan batu dan pahatan arca kepala berbentuk manusia. Berbagai benda yang ditemukan dari hasil penggalian kini diamankan pemerintah daerah setempat, sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut oleh BP3 Jambi yang membawahi Sumsel. Pada setiap kubur batu itu juga terdapat pahatan dan lukisan.

"Pada bangunan rumah batu atau situs tersebut, terdapat satu pintu berukuran tinggi 1,60 meter dengan lebar dua meter, dan kemudian satu bangunan lagi berukuran tinggi 1,65 meter dan lebar 1,50 meter, yang terdapat pahatan dan lukisan serta arca berbentuk kepala manusia," jelas Akhmad Rivai.

Ia mengatakan untuk memastikan berbagai guratan dan benda yang ditemukan pada kuburan tersebut, masih harus dilakukan penelitian oleh Balai Arkeologi. "Kami baru menurunkan tim pengawasan untuk pengamanan situs bersejarah ini, namun untuk mengetahui umur dan jenis benda-benda yang ditemukan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," katanya.

Kepala Desa Talang Pagaragung Fahrodin mengatakan hasil penemuan itu akan dilaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Lahat dan instansi terkait lainnya untuk ditindaklanjuti. "Kami sudah mengamankan berbagai temuan yang terdapat dalam bangunan kubur batu itu, termasuk lokasi kubur yang sudah dilakukan penggalian, mengingat ini merupakan benda bersejarah yang harus dilindungi dan dijaga," katanya.